RetnoMyaniezasia Blog

Just another WordPress.com site

Tag Archives: Your Soul is My Soul

Your Soul is My Soul [2 to 2]

 

 

“Jadi….. kau yang membunuh Min Ho dan Key?”Tanya So Eun langsung dengan ragu namun sedih. Kim Bum masih terdiam. Dia menunduk mengamati gelas yang dia pegang. Tidak lama, Kim Bum tersenyum pun membalasnya.

“Apa maksudmu, So Eun? Kenapa kau bisa berkata begitu?”

So Eun yang mulai emosi pun langsung mengambil kostum serba hitam beserta topeng phantom dan menunjukkannya.

”Kalau begitu, INI APA?! Kenapa kostum dan topeng ini bisa ada disini? KENAPA?”seru So Eun makin emosi. Kim Bum malah tertawa kecil. Dia pun meletakkan kedua gelasnya di meja yang ada disampingnya. Lalu gelas pertamanya dia berikan kepada So Eun.

”So Eun. Kau tenangkanlah dirimu dulu. Mungkin karena kau masih syok dengan kematian Key. Aku keluar sebentar ya. Ada yang ketinggalan. Uhm… makanan kecil. Aku yakin ini bisa membuatmu tenang.”ucap Kim Bum sambil keluar dan menutup kembali pintu kamarnya. So Eun hanya berdiri terbengong melihatnya.

”Tidak mungkin. Mungkin yang dia katakan benar. Tidak mungkin dia pembunuhnya. Dia kan sahabatku. Dia kan tahu kalau aku sangat mencintai Min Ho dan…. Key.” So Eun mulai bergumam sendiri sambil duduk di kasur. Pikirannya masih tidak percaya. So Eun mengamati seisi kamar Kim Bum sambil meminum jus yang diberikan Kim Bum. Makin lama dia merasakan ada hawa yang mengerikan. Entah apa itu. Yang jelas membuatnya bergidik. So Eun kembali berdiri dan kembali memeriksa meja-meja yang ada disekeliling kamarnya. Tidak ada yang mencurigakan. Dia masih penasaran dengan ruangan yang penuh dengan foto dirinya. So Eun kembali masuk ke ruangan itu.

Dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sejak kapan Kim Bum mulai memotretnya. Bahkan Kim Bum tidak pernah menceritakannya. So Eun melihat tumpukan kertas di meja yang terletak di sudut ruangan. So Eun mendekatinya lalu mengambilnya. Dilihatnya beberapa kertas yang berupa dokumen-dokumen sekolah. So Eun melirik sebuah laci. Dia pun menarik laci. Sebuah map biru. So Eun mengambilnya dan membuka map itu yang ternyata dari rumah sakit Korea. Matanya pun terbelalak saat membaca laporan. Dia pun menjatuhkan map itu dan berlari keluar dari ruangan. Niatnya yang ingin segera keluar dari kamar Kim Bum yang misterius pun berhenti saat melihat Kim Bum ada di depan pintu kamar. So Eun mengambil napasnya. Kini dia benar-benar ketakutan melihat Kim Bum yang sedang tersenyum.

”Ada apa, So Eun?”tanya Kim Bum dengan tangannya yang memegang nampan berisi kue-kue. So Eun masih terdiam ketakutan. Dia tidak menyangka bahwa Kim Bum memiliki kanker darah atau leukimia. Dan seharusnya dia sudah wafat di usia 12 tahun. Namun ternyata Kim Bum masih hidup dalam keadaan sehat.

”So Eun?”Kim Bum memanggilnya lagi.

”Bagaimana….. bagaimana kau bisa hidup sampai sekarang?”

”Hah?”

”Bukankah kau seharusnya sudah meninggal di usia 12 tahun?”tanya So Eun lagi. Kim Bum yang terlihat mengerti dengan maksud pertanyaannya pun tertawa. Kim Bum berniat mendekatinya namun So Eun malah menjauh. Kim Bum pun berhenti melangkah.

”Kenapa kau malah menjauh? Apa kau takut denganku?”tanya Kim Bum lagi sambil meletakkan nampannya di meja. So Eun benar-benar sudah tidak bisa menahan ketakutannya. Dia pun mulai berpikir yang tidak-tidak. Berpikir mungkinkah Kim Bum telah menjadi hantu?

”So Eun?”panggil Kim Bum melihat So Eun selalu bengong.

”Aku mau pulang.”ucap So Eun. “Ya. Memang harus pulang dan jauhi Kim Bum.”batin So Eun sambil berjalan melewati Kim Bum. Dia pun memutar kenop pintu dan tidak bisa dibuka. Terkunci. So Eun memutar lagi dan menarik kenop pintu berkali-kali. Tetap tidak bisa dibuka. So Eun pun membalikkan badan dengan tatapan yang emosi penuh ketakutan.

“Kim Bum. Buka pintunya!? Aku mau pulang!”seru So Eun.

“Kenapa? Kenapa kau begitu terburu-buru ingin pulang? Kenapa kita tidak mengobrol dulu? Ini pertama kalinya kau datang kerumahku.”ucap Kim Bum sambil minum jus miliknya.

”Kim Bum! Aku mau pulang!? Buka kan pintunya!?”teriak So Eun mulai emosi namun takut. Kim Bum tidak bergeming. Dia masih meminum jusnya sambil memperhatikan So Eun.

”Tidak mau. Aku tidak mau kau meninggalkan aku.”ucap Kim Bum dengan serius. So Eun tercengang mendengarnya.

”Ap… Apa? Apa maksudmu aku meninggalkanmu?”

”So Eun. Setelah Min Ho dan Key mati. Kenapa kau masih terus mengingatnya dan mencintainya? Kau tahu? Aku sungguh benci dengan itu.”

So Eun pun makin terkejut mendengar pernyataannya.

”Jadi… kau…. Ternyata memang benar. Kau pelakunya. KAU YANG MEMBUNUHNYA!?”teriak So Eun mulai menangis ketakutan. Kim Bum tertawa. So Eun berbalik dan menggedor-gedor pintunya berharap para pelayan yang ada di luar mendengar pertolongannya.

”TOLONG AKU!? BUKA PINTUNYA!?”teriak So Eun. Kim Bum langsung mendekatinya. Membalikkan tubuh So Eun dan menahan kedua tangannya di pintu.

”So Eun! Kenapa kau berteriak? Tidak tahu kalau ini sudah malam. Mereka sedang tidur.”seru Kim Bum. So Eun masih berusaha melepaskan diri dari Kim Bum namun tangannya yang ditahan Kim Bum terlalu kuat.

”LEPASKAN AKU!?”berontaknya.

”SO EUN!?”giliran Kim Bum yang berteriak emosi.

”LEPASKAN!?”teriak So Eun tidak menyerah untuk melepaskan diri. Kim Bum pun langsung mencium bibir So Eun dengan paksa. So Eun berusaha mengelak ciumannya namun Kim Bum terlalu menekankan ciuman bibirnya. Bibirnya pun dilumat lebih dalam walaupun So Eun terus berontak. Terlihat Kim Bum tidak mempedulikan penolakan So Eun. Dia masih terus mencium So Eun sehingga tanpa sadar So Eun pun mulai bereaksi dari obat bius. So Eun pun tertidur akibat minum jus yang telah diberi obat bius oleh Kim Bum. Kim Bum menahan tubuhnya yang hilang kendali sambil terus mencium bibirnya dengan nafsu seakan tidak ingin kehilangan kesempatan.

*****

Perlahan So Eun membuka matanya. Dia melihat dirinya terbaring di kasur dengan kedua tangannya terikat dibelakang. So Eun pun berusaha bangkit dari kasur.

”Selamat pagi, So Eun! Kelihatannya tidurmu nyenyak sekali.”sapa Kim Bum yang baru muncul sambil membawa sarapan.

So Eun hanya bisa menatap benci. Kim Bum meletakkan nampan sarapannya di meja samping kasur. Dia tersenyum memandang So Eun yang cuek. Dia berniat mencium bibir So Eun namun So Eun membuang muka, mengelaknya. Kim Bum tersenyum lucu. Lalu dia mulai memotong steak sebagai sarapan. So Eun terus memperhatikan Kim Bum. Dia masih tidak menyangka Kim Bum, sahabatnya dari kecil ternyata pembunuh.

“Kim Bum…”panggil So Eun.

“Iya?”jawab Kim Bum memenuhi panggilan So Eun sambil tersenyum.

“Kau… Kenapa kau membunuh mereka? Min Ho… dan Key..?”Tanya So Eun. Kim Bum menunduk sebentar. Tidak lama, dia tersenyum lagi kemudian membelai rambut So Eun dengan lembut, So Eun sempat mengelak sentuhan tangan Kim Bum.

“Kim So Eun… Seharusnya aku yang jadi kekasihmu. Kau tahu? Sejak pertama kali aku bertemu denganmu. Aku langsung jatuh cinta denganmu. Aku senang kita akrab bahkan kau sampai menganggapku sahabat. Namun sejak aku mempertemukanmu dengan Min Ho. Kenapa semuanya jadi begini? Aku kira Min Ho tidak akan pernah menyukaimu. Ternyata aku salah, dia malah nekat menyatakan perasaannya kepadamu dan kau malah menerimanya. Melihat itu, aku begitu sakit hati denganmu. Sangat sakit hati. Kenapa kau bisa menerimanya jadi kekasihmu? Seharusnya aku yang jadi kekasihmu!”seru Kim Bum mulai emosi. Mata So Eun pun berkaca-kaca.

“Tapi… tapi… kenapa harus sampai membunuhnya, Kim Bum?”Tanya So Eun.

“Mendengarmu ternyata kau mencintainya juga. Aku begitu marah, So Eun! Kau tahu, aku tidak suka kau mencintainya selain aku. Kalau dia masih ada didunia, aku yakin kau malah tidak bisa melupakannya makanya aku harus melenyapkannya supaya kau bisa melupakannya dan kembali ke sisiku. Selama 3 tahun lebih ini, aku pikir kau sudah bisa melupakannya sampai Key datang menyatakan cintanya kepadamu. Aku pun lebih marah dan sakit hati lagi mendengarmu menerima cintanya. Aku merasa dia merebutmu lagi. Kau tahu? Kau milikku. Hanya aku yang boleh berada disisimu.”

“Kau…. Benar-benar gila!?”ucap So Eun tidak percaya dengan jawaban Kim Bum. Kim Bum hanya tertawa sinis.

“Kau memang sudah tidak waras….”lanjutnya.

”Tetapi kau pasti mencintaiku kan? Sama seperti mencintai Min Ho dan Key. Bahkan lebih?”tanya Kim Bum sambil memegang kedua bahu So Eun. So Eun menatap tajam. Dia benar-benar tidak menyangka Kim Bum begitu phsyco.

”Tidak. Aku tidak mencintai seorang pembunuh sepertimu. Aku tidak akan mencintaimu, Kim Bum! Selamanya, aku tidak akan pernah mencintaimu!?”teriak So Eun mulai emosi sambil berusaha melepaskan ikatan di tangannya. Kim Bum pun tercengang mendengar jawaban So Eun.

”Tidak mungkin! Kau bisa mencintai mereka, kenapa kau tidak bisa mencintaiku?”tanya Kim Bum lagi yang masih tidak percaya.

”Bukankah sudah aku bilang tadi? Aku tidak akan mencintai pembunuh sepertimu! Walaupun kau adalah sahabatku dulu, aku tidak akan pernah mencintaimu.”tegas So Eun. Kim Bum langsung berdiri dan memegang kepalanya. Shock dengan jawaban So Eun yang mengecewakan. Dia pun mondar-mandir dengan gelisah sementara So Eun masih berusaha melepaskan diri. Kim Bum kembali mendekati So Eun sambil mencengkram kedua bahu So Eun sehingga So Eun merasa kesakitan.

”Tidak mungkin! So Eun!? Kita sudah ditakdirkan bersama. Aku ingin kau menjadi istriku lalu kita akan mempunyai anak dan bahagia bersama selamanya.”

”Tidak mungkin!? Kau jangan terus mengkhayal untuk mendapatkanku bahkan menjadi istrimu!”tolak So Eun. Kim Bum kembali berdiri. Dia benar-benar mulai emosi dan gelisah. Kim Bum pun mengatur napas tenangnya. Kemudian Kim Bum keluar dari kamarnya. So Eun masih berusaha melepaskan diri. Saat dia menoleh ke arah sarapan yang dibawa Kim Bum tadi. Sebuah piring berisi steak, garpu, dan pisau.

*****

Kim Bum telah kembali dari urusannya. Dia pun langsung duduk di samping So Eun yang masih terdiam.

”So Eun. Maaf lama. Kau pasti lapar sekali. Biar aku suapin ya.”ujar Kim Bum seperti melupakan kejadian tadi sambil mengambil sebuah piring. Namun Kim Bum merasa ada yang aneh dengan piring itu. Ada garpu tetapi tidak pisau.

”So Eun. Apa kau lihat……” Belum sempat Kim Bum membalikkan badannya. So Eun langsung menusuk bahu Kim Bum dengan pisau yang diambilnya dari piring itu.

”AARRGGHH…!!!”teriak Kim Bum kesakitan. Ikatan tali yang sudah dilepas dari tadi, So Eun langsung melompat dari kasur dan berlari keluar dari kamarnya.

”KIM SO EUN! JANGAN LARI KAU!?”

*****

So Eun benar-benar bingung. Rumah mewah ini begitu luas sehingga So Eun sulit mencari pintu keluarnya. Dia pun menyusuri ruang-ruang yang ada disekitarnya. So Eun berlari dengan kelelahan. Dia masih bisa mendengar teriakan Kim Bum yang memanggil namanya. Hingga di sebuah ruang yang diduganya itu adalah ruang keluarga. Dia melihat dua sosok manusia yang sedang duduk di sofa seakan sedang menonton televisi.

”Tolong aku!?”seru So Eun meminta pertolongan sambil menghampiri mereka. Namun saat So Eun melihat rupa kedua orang itu. Dia pun refleks menjauh.

Kedua orang itu adalah orang tua nya Kim Bum! Tetapi mereka sudah meninggal dibunuh Kim Bum! Iya. Menurut catatan laporan polisi yang diselipkan di map rumah sakit tadi itu tertulis, mereka meninggal akibat ditusuk pisau oleh Kim Bum yang saat itu berusia 8 tahun. So Eun terkejut saat dipeluk dari belakang. Dia melihat Kim Bum tersenyum berhasil menemukannya.

“Ternyata kau ada disini…” ucap Kim Bum menahan rasa sakit dibahunya akibat ditusuk pisau oleh So Eun.

“Lepaskan aku!?” So Eun berusaha melepaskan pelukannya yang terlalu kuat.

“Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskanmu! Aku mencintaimu, So Eun!?….”

“TAPI AKU TIDAK MENCINTAIMU!?” Lalu So Eun menggigit tangan Kim Bum.

”AARRGGHH…!!?” Kim Bum berteriak kesakitan. So Eun pun kabur lagi. Terus berlari menjauhi Kim Bum hingga dia pun menemukan pelayan yang sedang membersihkan jendela.

“Tolong Aku! Tolong! Kim Bum akan membun…..”

”Iya, Nona? Anda mencari tuan Kim Bum? Beliau ada di kamar.”

So Eun tersentak kaget mendengar suara pelayan yang begitu aneh.

”Halo? Tuan mudamu mau membunuhku. Tolonglah aku!”ucap So Eun lagi sambil mendorong bahu pelayan itu sehingga pelayan itu terjatuh ke lantai dasar. So Eun segera melihat kebawah. Tubuh pelayan pun hancur. So Eun pun menutup mulutnya yang penuh shock. Pelayan itu adalah robot!?

”KIM SO EUN!?”

So Eun menoleh. Kim Bum ada di depannya. So Eun kembali berlari menuruni tangga namun dia berhasil ditangkap Kim Bum.

”So Eun! Kau jangan pergi!?”seru Kim Bum sambil menahan So Eun.

”Lepaskan aku!?”teriak So Eun berusaha melepaskan pelukan Kim Bum yang begitu kuat sehingga mereka pun terjatuh dan terguling di tangga hingga ke lantai dasar disamping tubuh pelayan yang hancur. Kim Bum yang menindihnya langsung menahan So Eun bangkit.

”So Eun! Aku mohon! Kau jangan pergi dariku!? Aku sangat mencintaimu, So Eun!?”

So Eun tidak menggubris permohonan Kim Bum. Dia sibuk mencari benda yang bisa menolongnya. Dia melihat sebuah tongkat besi yang runcing. So Eun segera meraihnya.

“Kim So Eun! Aku…. Ugh….” Kim Bum tidak melanjutkan kata-katanya. Dia pun melihat ke bawah. Sebuah tongkat besi menusuk perutnya. Darah segar pun mengalir di tubuh So Eun. So Eun langsung menarik diri dan berdiri mencari pintu keluar.

“Kim So…… Eun….” lirih Kim Bum sambil berusaha meraih So Eun yang mulai menjauh. So Eun menoleh lagi. Terlihat Kim Bum terbaring sambil memegang tongkat besi yang menancap di perutnya. So Eun menangis sambil mundur dan menabrak lilin hingga terjatuh mengenai tirai jendela. So Eun pun langsung membuka pintu ada di depan matanya dan berlari keluar sejauh mungkin. Meninggalkan rumah Kim Bum yang mulai terbakar.

*****

2 Tahun Kemudian……

So Eun sibuk melirik arlojinya. Dia pun memutarkan kepalanya di sekelilingnya.

Orang itu belum kunjung datang. So Eun kembali meminum soda kalengnya hingga habis. Seseorang yang telah menolongnya dua tahun yang lalu. Saat dia sedang mencari pertolongan setelah kabur dari rumah Kim Bum yang diyakininya sudah hangus terbakar. Tidak lama, seseorang yang ditunggu pun datang, So Eun langsung berdiri.

”Jin Yi Han! Kau lama sekali datangnya?”seru So Eun kesal. Yi Han pun langsung menyesal.

”Maaf, So Eun. Tadi aku ada urusan sebentar. Kau tahu? Temanku sudah datang ke Korea. Aku ingin memperkenalkanmu dengan dia.”

”Teman? Yang Mana?”

Yi Han mengangguk, ”Kim Min Jae. Aku pernah cerita denganmu kan. Min Jae adalah teman bisnisku 2 tahun yang lalu. Dia baru saja kembali dari London. Ayo cepat kita pergi. Dia sedang menunggu kita!”seru Yi Han sambil menarik So Eun yang sedang bengong.

*****

So Eun dan Yi Han telah sampai di restoran. Yi Han mencari Min Jae yang sedang menunggunya. So Eun pun ikut memutarkan kepalanya bermaksud membantu mencarinya walaupun tidak tahu bagaimana rupa Min Jae itu.

”Ah, itu dia!” seru Yi Han sambil menunjuk Min Jae dan menarik So Eun mendekati mejanya. So Eun pun sontak menoleh ke arah yang dimaksud Yi Han.

Lelaki yang rambutnya berwarna abu-abu tetapi dia… Dia mirip sekali dengan Kim Bum.

Min Jae pun berdiri setelah melihat kedatangan Yi Han dan So Eun.

”Maaf. Kau pasti lama menunggunya.”sesal Yi Han.

“Tidak apa-apa.”jawab Min Jae dengan senyum ramahnya.

”Oh iya, ada yang ingin aku perkenalkan denganmu. Dia ini temanku, Kim So Eun.”ujar Yi Han.

”Halo. Kenalkan, nama saya Kim Min Jae.”ucap Min Jae sambil mengulurkan tangannya. So Eun tidak bergeming bahkan tidak mendengar percakapan mereka karena begitu terkejutnya sehingga dia pun pingsan di pelukan Yi Han.

”So Eun!? Kau tidak apa-apa, So Eun?”seru Yi Han khawatir sambil berusaha menyadarkan So Eun.

*****

Perlahan mata So Eun pun mulai terbuka. Dia melihat sekeliling. Ruangan yang dia kenal. Rupanya dia berada di kamarnya. So Eun pun terbangun.

“So Eun! Kau sudah sadar?”seru Yi Han mulai senang melihat So Eun mulai sadar. So Eun pun menatap mata Yi Han. Beberapa bulan yang lalu, Yi Han menyatakan cintanya kepada So Eun. Namun karena masih trauma dengan insiden pembunuhan Min Ho dan Key, So Eun pun menolaknya. Walapun ditolak, Yi Han masih setia menemaninya sebagai teman. Namun saat dia bertemu dengan Min Jae yang begitu miripnya dengan Kim Bum, So Eun langsung turun dari kasurnya.

“So Eun! Kenapa kau langsung turun? Kau kan baru sadar.”cemas Yi Han.

”Min Jae… dia…. tidak. Dia bukan Kim Min Jae! Tetapi dia Kim Bum! Dia Pembunuh!?” So Eun mulai berbicara ngelantur membuat Yi Han bingung.

“So Eun. Kau pasti masih sakit. Lebih kau istirahat dulu.”ucap Yi Han berusaha membujuk So Eun agar kembali ketempat tidurnya. Namun So Eun menolak. Dia berusaha memberitahukan kalau Kim Min Jae itu adalah Kim Bum.

”Apakah dia sudah sadar?”tanya Min Jae yang tiba-tiba ada di kamarnya. Yi Han dan So Eun menoleh.

”Hh… Min Jae. So Eun sudah sadar. Tetapi sepertinya dia belum terlalu pulih.”jawab Yi Han. So Eun langsung membelakangi Yi Han karena takut melihat Min Jae. Yi Han langsung mendekati Min Jae.

”Yi Han!”seru So Eun berusaha mencegah Yi Han mendekati Min Jae namun gagal.

”Maafkan So Eun, aku tidak tahu kenapa dia jadi takut denganmu. Aku…. Ugh….” mata Yi Han pun melotot menatap Min Jae lalu dia melihat kebawah. Sebuah pisau yang dipegang Min Jae telah menusuk perutnya. Min Jae terus menikam perut Yi Han dengan cara yang sama. Menikamnya hingga isi perutnya pun keluar. Yi Han pun terbaring di lantai dengan tak bernyawa lagi. So Eun pun berteriak kaget melihat kejadian itu. Min Jae tersenyum lalu mendekati So Eun. Dan dia menyentuh kepala So Eun yang ketakutan itu dengan lembut.

”Apa kabar, So Eun? Sudah lama aku tidak bertemu denganmu. Kau jadi semakin cantik. Aku sangat merindukanmu, So Eun.”ucapnya dengan penuh romantis namun tenang.

”Ka…Ka..Kau… Kim Bum?”tanya So Eun dengan gelisah.

”Bagaimana kau bisa hidup? Bukankah waktu itu seharusnya kau sudah mati bersama rumahmu yang terbakar?”tanya So Eun lagi dengan bingung namun penuh gelisah dan ketakutan.

”Semua ini karenamu, So Eun. Karena kau masih hidup maka aku pun tetap hidup.”

”Apa?”
Kim Bum tidak menggubris kebingungan So Eun. Kim Bum langsung mencium bibir So Eun dan melumatnya. So Eun begitu terkejut dengan ciuman mendadaknya pun langsung berusaha mendorong tubuh Kim Bum. Namun tetap saja, kekuatan Kim Bum begitu kuat memeluknya dan begitu nafsu melumat bibir So Eun seakan merindukan ciuman bibir So Eun. So Eun melirik sebuah vas disampingnya. Selagi Kim Bum menciumnya, So Eun berusaha meraih vas dan mengambilnya. Lalu dipukulnya kepala Kim Bum dengan vas. Kim Bum pun meringis kesakitan sambil memegang kepalanya yang berdarah. Mendapat kesempatan, So Eun mendorong tubuh Kim Bum hingga terjatuh lalu So Eun meloncat melewatinya dan berlari keluar dari kamarnya dan berusaha meminta pertolongan dari keluarganya.

”Ayah! Ibu! Tolong aku!? Kim Bum masih hidup! Ayah! Ibu! Dimana kalian?”teriak So Eun berusaha mencari orang tuanya. Iya. So Eun sudah menceritakan semua kejahatan Kim Bum kepada orang tuanya saat So Eun dirawat di rumah sakit. So Eun terus berlari menyusuri kamar di lantai dua itu sehingga sampai di kamar terakhir. So Eun tercengang melihat kamar yang penuh darah itu. Ayah dan Ibunya telah terbaring di lantai dengan bersimbah darah.

“Ayah! Ibu!”

So Eun langsung mendekati orang tuanya. Menggoyangkan tubuh mereka, berusaha menyadarkan mereka. Namun tetap saja tidak ada gerakan kesadaran sedikit pun.

”Mereka sudah mati.”ucap Kim Bum yang sudah ada di depan So Eun sambil menahan rasa sakit dikepalanya. So Eun pun menangis terisak melihat kematian orang tuanya.

”Kau benar-benar gila! Teganya kau membunuh orang tuaku.”

”Mereka menghalangiku. Waktu aku menunjukkan jati diriku yang sebenarnya kepada mereka dan meminta restu untuk menikah denganmu. Mereka malah menolakku dan mengancamku akan dilaporkan ke polisi. Kau tahu bagaimana rasanya cintaku tidak direstui mereka? Sangat sakit hati.”

”KAU GILA, KIM BUM!?”teriak So Eun. Lalu So Eun berlari mundur hingga ke naik ke jendela. Kim Bum pun panik melihatnya langsung mendekati So Eun.

”Apa yang sedang kau lakukan, So Eun!?”teriak Kim Bum sambil menahan So Eun.

”Lepaskan! Kau sudah membunuh orang-orang yang aku sayangi. Daripada aku bersamamu lebih baik aku mati!?”seru So Eun hendak meloncat dari jendela di lantai 2. Namun Kim Bum tetap menahannya. Cuacanya pun makin gelap menjelang malam. Terjadi pergulatan diantara mereka. Sehingga So Eun yang membelakangi jendela pun terpleset karena berusaha mendorong tubuh Kim Bum. Mereka berdua pun terjatuh secara bersamaan. Mereka pun mendarat dengan keras dan mengalirkan banyak darah. Dengan sedikit kesadaran, So Eun melirik Kim Bum yang terbaring dengan bersimbah darah.

Bisa diyakini kepalanya pun pecah karena mengenai daratan yang begitu keras. Dia tidak bergerak sedikit pun. So Eun pun menutup matanya. Setidaknya, Kim Bum benar-benar sudah mati beserta dirinya.

*****

Seorang wanita berpakaian putih sedang sibuk menata rambut pasiennya yang duduk di kursi roda.

”So Eun. Sekarang Anda sudah cantik. Oh iya, So Eun. Saya permisi sebentar ya. Ada panggilan.”ujar suster itu sambil meninggalkan So Eun yang menunduk terdiam di kursi rodanya. Enam bulan yang lalu sejak peristiwa itu. Dia masih bernyawa, sehingga dilarikan ke rumah sakit. Namun akibat dari kejadian itu, So Eun mengalami kelumpuhan total. Tubuhnya tidak bisa digerakkan, bahkan dia tidak bisa berbicara dan menggerakkan kepalanya. Dia hanya bisa mendengar dan melihat. Entah So Eun harus bersyukur atau tidak karena dia masih hidup. Namun ada sedikit kekhawatirannya bahkan lebih. Dia mulai meragukan kematian Kim Bum. Akankah Kim Bum benar-benar sudah mati dengan matanya sendiri? Seorang dokter wanita yang merawat So Eun pun datang. Dia menyentuh pundaknya dengan lembut sambil tersenyum. Lalu dokter itu berjongkok dan menyamakan posisi wajahnya dengan wajah So Eun yang menunduk.

”So Eun. Bagaimana kabarmu? Aku tahu, pasti sulit untukmu. Kau yang sabar ya. Aku yakin suatu saat kau pasti bisa sembuh dari kelumpuhan ini.” Dokter itu berdiri.

”Oh iya, aku mau memberitahukanmu. Kalau tunanganmu sudah datang.”ucap dokter itu sambil meninggalkan So Eun. So Eun tercengang mendengarnya. Matanya terus berkedip menandakan keheranannya. Tiba-tiba seseorang meletakkan buket bunga di paha So Eun yang sedang duduk dikursi roda. Orang itu pun berdiri di hadapannya lalu berjongkok dan tersenyum melihat So Eun. So Eun yang bisa melihat wajahnya terkejut dan tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan So Eun sampai terheran melihatnya yang seharusnya sudah mati. Iya. Kim Bum telah kembali dengan hidup. Sama seperti 6 bulan yang lalu saat dia menjadi Kim Min Jae yang kembali tanpa cacat bahkan terlihat lebih sehat layaknya orang normal.

Kim Bum tersenyum lagi melihat kecantikan So Eun tanpa ekspresi itu. Lalu dia pun mencium bibir So Eun.

”So Eun. Aku rindu sekali denganmu. Akhirnya kita bisa bersatu. Kau pasti heran bagaimana aku bisa hidup. Padahal waktu itu aku jatuh bersamamu. Seperti yang aku bilang sebelumnya. Kalau kau masih hidup maka aku pun ikut hidup. Kau tahu kenapa? Karena nyawamu adalah nyawaku. Sejak darahmu mengalir ditubuhku, kau menyelamatkan aku dari penyakit leukimia. Sejak itu, aku semakin yakin kalau kau adalah belahan jiwaku.”

Mata So Eun memancarkan keterkejutannya saat mendengar perkataan Kim Bum. Dulu memang Kim Bum pernah meminta sedikit darahnya. Tapi Kim Bum hanya bilang untuk mencari tahu golongan darahnya tapi dia tidak tahu kalau darahnya telah dimasukkan ke dalam tubuh Kim Bum. Namun So Eun masih tetap tidak mengerti. Bagaimana bisa darahnya bisa membuat Kim Bum hidup. Sosok Kim Bum tetap saja misteri.

Dokter wanita itu telah kembali. Kim Bum pun berdiri.

”Bagaimana dokter? Apakah tunanganku ini boleh pulang?”tanya Kim Bum.

Dokter itu mengangguk, ”Anda bisa membawa pulang tunangan Anda. Seperti yang aku pesan kepada Anda. Anda harus merawatnya dengan baik.”

”Tenang saja, dok. Aku pasti akan merawatnya dengan baik.”

”Baiklah, kalau begitu. Aku permisi dulu.” dokter wanita itu pun pergi meninggalkan mereka. Lalu Kim Bum membelakangi So Eun dan memutarkan kursi rodanya. Kemudian mendorongnya menuju ke jalan keluar.

”So Eun, sayang. Kita akan segera pulang ke rumah kita. Aku sudah mempersiapkan kamar kita. Begitu sampai disana, kau harus mandi dulu. Tenang saja, aku sudah mempersiapkan air hangat untukmu. Oh iya, beberapa hari lagi kita akan menikah. Aku yakin kau pasti senang dengan pernikahan kita nanti…” Kim Bum terus berceloteh sambil mendorong kursi roda So Eun. So Eun yang mendengarnya tidak bisa menjawabnya. Rasanya dia ingin menolaknya. Dia tidak ingin menikah dengan Kim Bum. Ingin kabur dari Kim Bum. Tapi tidak bisa. Dia lumpuh. Lumpuh total. Kini So Eun menyesal karena dirinya masih hidup dan Kim Bum berhasil memilikinya seutuhnya. Sungguh, kini So Eun tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan diri. So Eun hanya bisa meneteskan air matanya. Penuh kesedihan di dalam dirinya. So Eun hanya bisa menangis.

Wah…. Akhirnya selesai juga FF horor pertama saya ini ^^;

Oke deh! Silakan menjawab pertanyaan berikut ini:

1. Bagian cerita mana yang menyeramkan?

2. Bagian cerita mana yang paling menyedihkan?

3. Bagian cerita mana yang paling tragis?

4. Terakhir, berikan komentar kalian terhadap FF horor pertama saya ini!

Gomawo, mates yang sudah setia membaca FF saya dari awal sampai terakhir. ^_________^;

Your Soul is My Soul [1 to 2]

 

Hari ini adalah hari yang sangat penting. Hari ini adalah hari yang benar-benar pernah terjadi tragedi mengerikan. Seorang gadis berdiri didepan altar makam. Dia begitu menghayati melihatnya, sesekali dia merenung masa lalunya. Masa-masa indahnya saat bersama dengan kekasihnya dulu sebelum dibunuh. Kini mata indah milik gadis itu pun mengeluarkan air matanya. Sudah satu tahun mantan kekasihnya, Min Ho dimakamkan. Gadis yang bernama Kim So Eun itu pun meletakkan buket bunganya di atas makamnya. Dia sungguh tidak bisa membayangkan bahkan tidak ingin mengingatnya lagi saat Min Ho dibunuh tepat dihadapannya. Disaksikannya dengan mata kepalanya sendiri. Sungguh tidak mengerti apa maksud pelaku itu menikam kekasihnya begitu kejam. Terakhir kalinya yang dia ingat adalah perut Min Ho ditikam begitu dalam hingga mengeluarkan seisi perutnya. So Eun yang begitu ketakutan melihat kondisi Min Ho yang begitu mengenaskan hanya bisa terdengar kata-kata terakhir dari Min Ho, ”Jangan kau dekati dia lagi. Jauhi dia……”

So Eun kembali tersadar dari lamunannya. Sementara pikirannya terus bertanya-tanya tentang kalimat terakhirnya.

”Siapakah ’dia’ yang dimaksud?”gumam So Eun heran. Namun lamunannya kembali terbuyar setelah mendengar klakson mobil dan suara yang memanggilnya.

”Hei, So Eun! Sampai kapan kau akan berdiri disitu? Nanti kita akan terlambat masuk sekolah.”teriak salah satu temannya yang bertubuh tambun itu. So Eun melirik makam Min Ho lagi. Tidak lama, So Eun menyunggingkan senyumannya.

”Semoga kau bisa tenang di Surga, Min Ho. Aku sangat mencintaimu.”ucap So Eun sambil berbalik dan berlari menuju ke mobil. Kemudian mobil itu pun berangkat meninggalkan pemakaman. Seseorang lelaki pun berhenti jalan tepat didepan makam Min Ho. Lelaki yang berpakaian serba hitam itu menunduk mengambil bunga yang baru saja So Eun letakkan di makam Min Ho. Lelaki itu mencium bunganya yang harum dan dia pun tersenyum. Kemudian lelaki itu pergi meninggalkan makam Min Ho dengan membawa bunga dari So Eun.

*****

So Eun membuka loker miliknya. Dia pun tersenyum melihat foto Min Ho. Sungguh dia sangat rindu dengan sosok ceria Min Ho. Namun apa daya, kini Min Ho tak ada di dunia lagi. So Eun mengambil beberapa buku lalu dimasukkannya ke dalam tas yang dirangkulnya. Lalu dia kembali menutup loker. Namun saat dia menoleh tepat disamping lokernya, dia begitu terkejut.

”Kim Bum! Sedang apa kau berdiri disitu?”seru So Eun kesal.

Kim Bum malah tersenyum lucu melihat ekspresi So Eun yang malah memerah.

“Hei! Kenapa kau malah tertawa lagi?”tanya So Eun tambah kesal. Kim Bum masih saja tertawa. Sungguh, kelakuan Kim Bum begitu mirip dengan Min Ho. Sama-sama suka jahil. Apa lagi melihat So Eun marah atau kesal. Bukannya minta maaf malah tertawa. Apalagi Kim Bum adalah sahabatnya sejak kecil. Walaupun So Eun sudah lama mengenal Kim Bum namun hanya satu yang tidak diketahuinya yaitu tentang keluarganya bahkan dia belum tahu bagaimana rupa orang tua Kim Bum. Pernah So Eun bertanya, namun Kim Bum hanya tersenyum dan mengatakan kalau orang tua mereka ada di luar negeri. Selanjutnya, So Eun tidak bertanya lagi karena dia tahu Kim Bum selalu kesepian di rumahnya.

Cubitan pipi menyadarkan So Eun kembali ke alam nyata. So Eun meringkih kesakitan saat pipi kanannya dicubitnya.

”Aaarrgghh…. Kim Bum! Sakit!?”teriak So Eun sambil memukul tangan Kim Bum. Lagi-lagi Kim Bum tersenyum, dia pun melepaskan cubitannya lalu dia merangkulnya. Sungguh ini kebiasaannya kalau sesudah menjahilinya pasti mencubit pipinya terdahulu lalu seperti yang diduga So Eun.

”Maaf. Aku tidak sengaja melakukannya. Habisnya kau ini imut sekali!”ucap Kim Bum sambil mencubit pipinya lagi. So Eun berusaha mengelaknya agar tidak dicubit lagi.

”Sudahlah, Kim Bum! Jangan kau cubit aku lagi. Sakit!”kesal So Eun.

”Oh iya, So Eun. Tadi pagi kau kemana? Tadi aku ke apartemenmu, kau malah sudah pergi.”tanya Kim Bum masih dalam posisi merangkulnya.

“Maaf. Tadi aku begitu buru-buru pergi ke pemakaman. Kau yang sebagai sahabat pastinya tidak lupa kan dengan hari kematian Min Ho. Kekasihku yang dulu.”jawab So Eun. Kim Bum hanya mengangguk. So Eun begitu ingat pertemuan pertamanya di sebuah kafe, dia dikenalin oleh Kim Bum.

Sejak itu, Min Ho selalu menjahilinya. So Eun mengira Min Ho sedang membencinya. Tetapi siapa disangka kalau kejahilannya itu ternyata karena dia menyukai So Eun. Tepat di hari valentine, Min Ho menyatakan perasaannya. So Eun yang begitu terkejut sekaligus terharu tentunya langsung menerima cintanya. Mereka pun resmi jadi kekasih. Namun hubungan mereka yang baru berjalan 6 bulan pun terpaksa kandas, karena Min Ho sudah meninggalkannya duluan dengan mati dibunuh secara mengenaskan. So Eun benar-benar tidak mengerti kenapa pelaku itu tega membunuh Min Ho yang diyakininya walaupun jahil namun tidak sampai membuat masalah. Min Ho adalah lelaki yang baik. Tidak pantas dia dibunuh dengan sadis.

”Hei! Kau melamun lagi?”ucap Kim Bum sambil mengetok kepala So Eun. So Eun hanya terdiam kesal sambil mengelus kepalanya.

”Maaf, Kim So Eun.” Terdengar suara dibelakangnya, So Eun dan Kim Bum pun membalikkan badannya sambil melepaskan rangkulannya. Seorang lelaki tampan berdiri dengan sedikit gugup dihadapan mereka.

”Iya? Ada apa, Key?”tanya So Eun bingung. Key tidak langsung menjawabnya. Dia menyodorkan sebuah surat berwarna biru kepada So Eun. So Eun pun menerimanya dan hendak membuka isi surat. Namun Key menghalanginya.

”Jangan dibuka dulu! Kau boleh buka setelah aku pergi. Aku tunggu jawabanmu sepulang sekolah nanti.”ucap Key sambil berbalik pergi meninggalkan So Eun dan Kim Bum. So Eun dan Kim Bum saling berpandangan dengan heran.

”So Eun! Ayo cepat baca isi suratnya. Aku penasaran.”desak Kim Bum penasaran. So Eun hendak membuka amplop berwarna biru namun tiba-tiba lonceng berbunyi pertanda istirahat telah habis.

”Mungkin nanti saja. Sepertinya ini benar-benar rahasia. Maaf, Kim Bum. Aku masuk duluan ya!”teriak So Eun sambil berlari menuju kekelasnya. Sudah tentu terpancar wajahnya yang penuh kecewa karena So Eun tidak mau membaca surat disampingnya. Namun sesaat dia menoleh ke samping. Ke arah Key berlari tadi. Dengan pemikiran yang misterius.

*****

So Eun berjalan menuju ke gerbang sekolah. Dia berhenti sejenak saat dia melihat Key sedang berdiri di depan gerbang sekolah. Sepertinya memang sedang menunggu So Eun. So Eun menghembuskan nafasnya. Dia sudah membaca isi surat dari Key. Sungguh diluar dugaan. Ternyata Key menyatakan cintanya kepada So Eun. Pasca ditinggal Min Ho 3 tahun yang lalu membuat So Eun ragu untuk menjawabnya. Key memang sama tampannya dengan Min Ho. Sama baiknya seperti Min Ho. Namun dia tidak yakin dengan hatinya untuk membuka lembaran cinta baru. So Eun terus berjalan dengan pelan sehingga Key menghalanginya. Alhasil, So Eun menabrak tubuhnya tanpa disadarinya.

”So Eun. Kau tidak apa-apa?”tanya Key. So Eun yang baru sadar dari lamunannya pun langsung mengangguk.

”Maaf. Aku tidak melihatmu tadi.”

”Kenapa kau melamun lagi?” Pertanyaan Key tadi membuat So Eun tercengang.

”Hah? Ah tidak. Aku tidak melamun.”bantah So Eun. Key hanya tersenyum. So Eun begitu terpana melihat senyumannya yang begitu mirip dengan senyuman Min Ho.

“Bagaimana dengan jawabanmu?”

“Hah? Jawaban apa?” So Eun kembali ke alam nyata.

“Jawaban dari surat yang aku berikan tadi.”ucap Key lagi.

“Oh… itu…. Aku….. masih membutuhkan waktu untuk memikirkannya.”jawab So Eun membuat Key sedikit kecewa.

“Mungkin memang mendadak. Secara kita yang hanya berteman biasa, tidak terlalu akrab. Tiba-tiba menyatakan cinta kepadamu. Aku memakluminya.”ujar Key. So Eun hanya terdiam.

”Kalau boleh aku tahu, selama itukah kau memendam perasaanmu? Selama 3 tahun?”tanya So Eun.

”Iya. Sejak aku bertemu denganmu di pertemuan siswa baru. Aku langsung jatuh cinta denganmu. Bagaimana? Apakah kau tidak bisa menjawab sekarang?”tanya Key sedikit memaksa. So Eun menunduk. Memikirkan masa lalunya. Haruskah dia siap melupakan Min Ho? Walaupun ada Kim Bum yang selalu menghiburnya tetapi dia ingin sekali diperhatikan lebih khusus sebagai kekasih. So Eun pun tersenyum seakan menemukan jawabannya dan dia pun yakin Min Ho akan mendukungnya. Key masih memperhatikan So Eun. So Eun mengangguk.

”Apa?”tanya Key tidak mengerti dengan anggukan So Eun. So Eun mengangkat kepalanya sambil tersenyum.

”Iya. Aku mau jadi kekasihmu.”jawab So Eun yakin.

”Sungguh? Terima kasih, So Eun!”seru Key sambil menggenggam tangan So Eun. So Eun hanya tersenyum lucu melihat tingkah Key. Kim Bum yang menyaksikannya dari jauh pun hanya terdiam. Terdiam tanpa ekspresi.

*****

Pada malam hari, So Eun telah sampai di depan apartemennya setelah pulang dari bioskop bersama Key. Key terus menggenggam tangan So Eun.

“Key. Sampai kapan kau terus memegang tanganku?”ucap So Eun menyadarkan Key. Dengan malu-malunya dia melepaskan tangan So Eun.

“Aku sungguh tidak percaya. Aku berpikir….. apakah aku mimpi…. Melihatmu menjadi kekasihku.”

”Key…. kau terlalu berlebihan.”

”Tapi… tetap saja….” Key langsung memeluk So Eun dengan eratnya.

”Key!”seru So Eun yang terkejut dengan tingkah Key begitu aktifnya.

“So Eun.”bisik Key.

“Ya?”

“Boleh aku menciummu?”Tanya Key. So Eun tersenyum lucu mendengarnya.

“Iya.”

Key melepaskan pelukannya. Dia menatap wajah So Eun dengan dalam. Tidak butuh waktu lama, Key pun langsung mencium bibir So Eun dengan lembut. Dan So Eun pun membalasnya.

“Terima kasih.”ucap Key setelah menciumnya. So Eun hanya mengangguk sambil tersenyum.

“Aku pulang dulu ya.”pamit Key sambil berbalik.

“Iya. Hati-hati dijalan!”teriak So Eun. Key hanya mengangkat tangannya lalu berlari menghilang dari pandangan So Eun. So Eun pun berbalik sambil menyentuh bibirnya yang baru saja dicium Key. Saat dia merogoh tasnya bermaksud mengambil kunci apartemennya. Dia baru sadar bahwa ponsel Key dititipkan ke tasnya.

”Ini kan ponsel Key. Aku harus mengembalikannya.”ujar So Eun sambil berbalik mengejar Key.

*****

Key tersenyum sendiri sambil membayangi saat dia berciuman dengan So Eun tadi. Saat dia membelok melewati sebuah toko, dia terus berjalan menuju ke sebuah gang sepi. Baru beberapa langkah tiba-tiba seorang berkostum serba hitam muncul di hadapan Key dan langsung menikam perut Key berkali-kali hingga keluar isi perutnya. Key pun tidak berdaya melawannya karena penikamannya yang begitu mendadak hingga tenaganya hilang.

”KKYYAAAAAAAAAAA!!!!” Teriak So Eun yang kebetulan sedang mengejar Key pun menyaksikan pembunuhan terhadap Key. Pelaku itu pun menoleh mendengar teriakan So Eun. Pelaku yang memakai kostum serba hitam dan memakai topeng seperti phantom opera. So Eun langsung mendekati Key yang sudah tidak berdaya di tanah. So Eun pun menaruhkan kepalanya di paha So Eun sambil menepuk pipi Key. Berusaha menyadarkan Key yang tidak bergerak.

”Key! Bangunlah!?”

Pelaku itu hanya tersenyum melihat kepanikan dan tangisan So Eun lalu pelaku itu berlari menghilangkan diri. Sementara So Eun terus berusaha menyadarkan Key dan menahan pendarahan yang keluar dari perut Key bahkan berusaha memasukkan kembali usus-usus yang terlanjur keluar dari perut yang tersobek.

”So Eun!?”teriak Kim Bum terkejut yang baru saja melewati gang sepi saat melihat So Eun sedang menangis kebingungan. Kim Bum pun turun dari mobilnya dan langsung menghampiri So Eun.

”So Eun! Kenapa kau menangis dan dia…….. Key, Kenapa dengan Key, So Eun!?”seru Kim Bum terkejut menyadari ada Key di pelukan So Eun dengan bersimbah darah.

”Dia…. Hiks.. hiks…. Dia membunuhnya lagi! Setelah membunuh Min Ho kini dia membunuh Key!?”seru So Eun mulai emosi dalam tangisannya yang begitu tidak tega melihat Key.

“Kim Bum! Bawa Key ke rumah sakit! Aku tidak mau dia bernasib sama seperti Min Ho!”pinta So Eun. Kim Bum pun menyetujuinya. Dia pun menggendong Key dan memasukkannya ke dalam mobilnya bersama So Eun disampingnya. Lalu mereka pun pergi ke rumah sakit.

*****

Sekuat apa pun dalam usaha dokter. Sekuat apa pun dalam doa dan harapan So Eun untuk Key tetap hidup memang mustahil. Jika memang sudah kehendaknya dan dilukainya begitu mengenaskan. Memang sulit untuk merelakan kepergiannya. Key. Yang baru saja dijalin hubungannya selama beberapa hari kini sudah harus mengikuti jejak Min Ho, mantan kekasihnya yang bernasib sama. So Eun benar-benar tidak mengerti dengan pikiran pelaku itu. Apa keinginan pelaku terhadap dirinya? Apa salah dirinya terhadap pelaku itu sehingga Key dan Min Ho harus dibunuh? So Eun terus menangis terisak di depan altar makam Key. Dia bisa melihat secara jelas, keluarganya yang begitu terpukul melihat kepergian Key apalagi kematiannya yang begitu mengenaskan. So Eun terus menangis dipelukan Kim Bum. Kini dia pun menyadarinya. Seharusnya dia tidak menerima cinta Key. Seharusnya dia tidak jadi kekasih Key sehingga Key tidak perlu bernasib sama dengan Min Ho.

”Maafkan aku, Key.”hanya itu yang bisa diucapkan So Eun secara samar karena dia masih terus menangis di pelukan Kim Bum.

*****

Sudah 3 bulan setelah kematian Key berlalu. So Eun kembali menjalani aktivitas sehari-harinya sebagai siswi kelas 3. Namun kehidupannya kini sungguh berbeda. Dia sudah tidak seceria dulu.

Sejak dia menyaksikan pembunuhan Key dihadapannya, dia begitu trauma. Bahkan walaupun teman-temannya termasuk Kim Bum berusaha menghiburnya. So Eun hanya bisa tersenyum paksa. So Eun selalu menangis di apartemennya sambil melihat foto Min Ho dan Key yang telah dibunuh oleh pelaku yang sama. So Eun selalu menyesal telah melibatkan Key. Andaikan dia tahu pikiran pelaku yang kejam itu, mungkin So Eun bisa menolak cinta Key dengan tegas. Dia begitu penasaran dengan motif pelaku itu yang selalu meneror dirinya. Namun beberapa hari kemudian, dia menemukan jawaban yang tidak terduga.

*****

Cklek! Bunyi pintu mewah pun dibuka oleh pelayannya. Dia pernah mendengar rumah Kim Bum yang begitu mewah karena keluarganya memiliki perusahaan terkenal. Namun terkadang So Eun bikin heran, rumah mewah itu diletakkan jauh dari kota bahkan terletak di sebuah hutan yang dekat dengan sebuah danau. So Eun tersenyum melihat pelayan yang membuka pintunya.

”Maaf, apakah Kim Bum ada?”tanya So Eun sambil mengeratkan pegangan plastik yang berisi buah. Dia mendengar dari teman sekelasnya kalau sudah seminggu Kim Bum tidak masuk sekolah karena sakit.

”Anda temannya tuan Kim Bum? Tuan Kim Bum ada di kamar atas. Mari saya antar.”ucap pelayan itu dengan ramahnya. So Eun pun langsung mengikutinya hingga di depan kamar Kim Bum. Pelayan itu pun langsung meninggalkan So Eun sendirian di depan kamar Kim Bum. Dengan ragu, So Eun mengetok pintu kamar Kim Bum dengan pelan. Tidak lama, pintunya pun terbuka.

“Kim So Eun!”seru Kim Bum sedikit terkejut dengan kehadirannya. So Eun tersenyum melihat penampilan Kim Bum yang sedikit berantakan.

”Aku dengar kau tidak masuk sekolah karena sakit. Makanya aku datang menjengukmu. Nih, aku juga membawa buah untukmu.”ujar So Eun sambil menunjukkan buah yang dibawanya. Kim Bum pun menerima buah dari So Eun.

”Terima kasih, So Eun. Kau masuk saja ke dalam kamarku. Biar aku menyuruh pelayanku membuatkan minuman untukmu.”ucap Kim Bum sambil mendorong So Eun masuk ke dalam kamarnya.

”Eh…. tapi Kim Bum…. tidak usah repot-repot….” Namun terlambat. Kim Bum sudah menutup pintunya dan pasti pergi menuju ke pelayannya. So Eun yang ada didalamnya hanya bisa menunggu kemunculan Kim Bum. Untuk menghindari kebosanannya, dia pun melihat-lihat seisi kamarnya.

”Uhm… mungkinkah ini foto keluarganya?”gumam So Eun saat melihat foto seorang Ayah dan Ibu bersama anak kecil yang diyakininya itu adalah Kim Bum. Terdengar decitan bunyi pintu lain dikamar Kim Bum. So Eun segera menoleh. Mencari sumber bunyi decitan pintu itu. Dia melihat sebuah pintu yang ternyata tidak ditutup rapat. Dengan perlahan, dia pun mencoba masuk ke dalam ruang rahasia itu. So Eun pun menutup mulutnya saking tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Beribu-ribu foto terpampang di tembok. Sebuah ruangan rahasia yang penuh dengan foto So Eun!

So Eun melihat foto itu satu per satu. Terlihat foto dimulai dari pertemuannya dengan Kim Bum saat kecil hingga sekarang. Sejak kapan Kim Bum jadi hobi memotret dirinya dan menempel di tembok sebanyak itu. So Eun langsung keluar dari ruangan rahasia itu.

”Kenapa Kim Bum begitu banyak memotretku?”heran So Eun perlahan mundur hingga tidak sengaja menjatuhkan sebuah kotak besar yang terletak di atas lemari. Kotak itu pun terbuka sehingga isinya pun keluar. So Eun berjongkok sambil memunguti isi kotak itu. Dia pun makin terkejut mendapati beberapa foto Min Ho dan Key!

”Apa maksudnya ini?” So Eun makin tidak mengerti. Dia pun memungut semua foto-foto  kemudian memasukkan kembali ke dalam kotak besar. Namun dia menyadari masih ada isi lagi di dalam kotak besar itu. Perlahan dia mengeluarkan isi terakhirnya. Tiba-tiba Kim Bum datang sambil membawa minumannya di kedua tangannya.

”So Eun. Maaf, membuatmu lama menunggu.”ucap Kim Bum. Alhasil, kotak yang semula dipegang So Eun pun terjatuh lagi sehingga semua isi pun keluar. So Eun tercengang melihat isi terakhirnya. Sebuah kostum serba hitam dan topeng phantom yang pernah dilihatnya saat pelaku itu membunuh Min Ho dan Key! So Eun langsung memandang tajam Kim Bum dengan tidak percayanya. Kim Bum yang semulanya tersenyum kini hanya terdiam.

”Kim Bum! Jadi kau…….” So Eun tidak sanggup meneruskan kata-katanya.